SURAWASA – MALAYAPURA; Pertanggalan pada Sengkalan Suruaso 1

SURAWASA – MALAYAPURA; Pertanggalan pada Sengkalan Suruaso 1

Prasasti Suruaso I terletak di pinggir jalan raya Batusangkar – Saruaso, tepatnya di Nagari Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar. Prasasti ini masih “in situ,” dipahatkan pada sebuah batu pasir kwarsa warna coklat keputihan yang [sepertinya] dibiarkan alamiah. Terdapat 4 baris tulisan  yang diawali dari arah timur kemudian melingkar ke depan (Selintas Prasasti dari Melayu Kuno, Budi Istiawan, 2006) 


Dalam laporan yang dituliskan oleh Prof. Kern (Verspreide Geschriften van Prof. Dr. H. Kern, VI deel, 1917)disebutkan bahwa Th. Friederich telah berupaya membuat salinan, transkrip, dan terjemahan pada tahun 1857 (Twee inscriptions uit het rijk van Menang Kabau, VBG XXVI, 18). Salinan tersebut adalah hasil lukisan B. Vitzthum v. Eckstaedt pada tahun 1854. Di awal abad 20, dinas purbakala Hindia Belanda juga melakukan beberapa kali identifikasi, yaitu tahun 1911 dan 1912 (Inventaris der Oudheden in de Padangsche Bovenlanden, Oudh. Verslag 1912, p. 33—50). Identifikasi ini kemudian menghasilkan gambar-salinan baru yang lebih baik dari laporan Friedrerich.


Salinan terakhir adalah faksimili dari foto yang dibuat oleh C. Nieuwenhuis pada bulan Mei 1912. Perbaikan bacaan dan analisa dilakukan oleh Kern tahun 1917 (Het zoogenaamde rotsinschrift van 'Batu Beragung' in Menangkabau; 1269 en 1297 Caka).

Bacaan oleh Prof. Kern adalah sbb:
1. subhamastu //o// bhuh karṇṇe nava-darçaçane Saka gate Jeṣṭhe çaçi Manggale / sukle ṣaṣṭithir nṛpotta 
2. maguṇair [r] Ādittyavarmmanṛpaḥ / kṣettrajñaḥ racito Viçesadharaṇīnāmnā surāvāçavān hāçā
3. no nṛpa āsanottamasadā khādyam pivan nissabhā // + // puṣpakoṭisahāçrāni / 
4. teṣāṁgandham pṛthak-pṛtak / Ādittyavarmmabhūpāla- / homagandho samo bhavet //o//

Terjemahan (Budi Istiawan):
1. Selamat ! tahun Saka 1297 yang telah lalu, pada bulan jyesta tanggal 6 paro terang ( saat itu lah ) raja 
2. yang berkuasa, Raja Adittyawarmman (melakukan) upacara (korban) di kuburan (ksetra) bernama Surawasan dengan tanda-tanda 
3. raja berupa singgasana utama bagaikan istana //o// dengan seribu bunga 
4. yang harumnya menyebar (kemana-mana). (Dia lah) Raja Adittyawarmman, hiasan emas yang berbau harum.

Sengkalan (Sakagate) yang tertulis dalam prasasti adalah “bhuh karṇṇe nava darçaçane” ~ “tanah, telinga, 9, melihat” 

1. Prof. Kern mengartikannya: bhuh (1) karṇṇe (2) nava (9) darçaçane (7) - 1297 Ś
2. Prof. Krom mengartikannya: bhuh (1) karṇṇe (2) nava (9) darçaçane (7) - 1297 Ś
3. Stutterheim mengartikannya: bhuh (1) karṇṇe (2) nava (9) darçaçane (2) - 1292 Ś
4. Damais mengartikannya: bhuh (1) karṇṇe (2) nava (9) darçaçane (6) - 1296 Ś


Perbedaan-perbedaan pengartian sengkalan ini muncul dari kata “darśana” 

दर्शन n. darzana philosophy, view, seeing, knowing


Padahal, dari watak sengkalan, melihat diartikan seperti pancaran api, dan dari situ muncul pengetahuan. Karena watak melihat adalah api, maka tidak lain, nilai “darśana” adalah 3, sehingga

bhuh (1) karṇṇe (2) nava (9) darçaçane (3) - 1293 Ś, 
 Jeṣṭhe çaçi ~ bulan Jhesta 
manggale sukle ~ awal paro terang 
ṣaṣṭithir ~ tanggal 6

yaitu; tanggal 6, paro terang, bulan Jhesta, tahun 1293 Ś ~ Kamis Wage, 25 November 1371 M (litbangMPNI)

0 Komentar:

MOTO

MEDIA PADJAJARAN NUSANTARA INDONESIA
SATUKAN BANGSA BERSAMA MEDIA, BANGSA YANG SATU BANGSA INDONESIA
Alamat : Jalan Pembangunan III No.16 Jakarta Pusat TLP. 0838 7549 4989 - 0815 1706 1151